Aku benci dengan dirinya, gadis si berkerudung merah. Gadis
itu ialah diriku yang mulai lelah terhadap kepalsuan dunia. Entah sudah berapa
lama gadis berkerudung merah itu hanya menunjukkan kepalsuan pada dunia, sudah
muak diri ini melihatnya sedemikian rupa ketika dia tertawa mencoba menghibur
temannya padahal setelah itu ia menangis ditempat tersembunyi. Sedari kecil
gadis itu sudah menelan beban batin yang di deritanya. Perkelahian kedua orang
tuanya maupun ejekan dari teman-temannya karena tubuh dirinya yang memang tidak
sempurna seakan hal yang biasa yang dialaminya setiap waktu.
Sedikit bercerita tentang gadis itu..
Awal kepalsuan gadis itu ketika pertama kali, saat kelas 2
SD gadis itu mendengar kedua orangtua gadis itu berkelahi. Setiap hari kedua
orang tuanya selalu saja pandai mencari keributan disana-sini. Perkataan kotor
maupun kata-kata binatang sudah biasa ia dengar dirumahnya. Dahulu, setiap guru
ngajinya berkata bahwa rumahmu adalah surgamu, gadis itu selalu tersenyum
kecut. Sampai akhirnya kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Apakah
kalian tau kapan gadis itu diberitahu? Saat gadis itu kelas 5 SD dan sedang
ulang tahun teman. Sedih kah ia? tidak. Dirinya tidak menangis meraung-raung.
Dirinya sudah merasa lelah untuk terus menangis karena ini. Gadis itu hanya
berkata, “kalo mamah sama papah mau pisah ya kalian taro aja aku di panti
asuhan”. Ibunya hanya tercengang mendengar perkataan gadis itu. Alhamdulillah
nya, gadis itu tidak jadi anak broken home. Mungkin orang tuanya sadar.
Ketika di sekolah, kehidupan gadis itu tidak begitu baik.
Gadis itu selalu diperolok teman-temannya karena ketidak sempurnaan tubuhnya.
Bermacam-macam bahasa olokan diterimanya, dirinya hanya bisa tersenyum. “Tak ada
yang bisa kuperbuat, karena itu memang dari sananya aku udah begini” pikir gadis
yang sering sekali menggunakan kerudung merah. Pernah suatu ketika, gadis itu
ingin mengakhiri hidupnya. Untungnya, selalu banyak kehidupan disekitar dirinya
yang memberi contoh agar dia selalu bersyukur dalam kehidupan ini.
Walaupun hidup ini
penuh dengan kesulitan, kesedihan, serta rasa yang terabaikan hidupmu harus tetap
berjalan dengan semestinya. Setidaknya Tuhan sudah berbaik hati memberimu
oksigen, sistem imun yang kuat dengan bebas tanpa syarat dan itu patut engkau
syukuri.
Langit gelap telah menghiasi stasiun Bogor yang kini telah
dipadati oleh angkot-angkot yang menunggu tumpangan. Gadis berkerudung merah
duduk termenung diatas kursi tunggu melihat kereta yang tiada hentinya sibuk
mengantar dan memberangkatkan penumpang. Gadis itu sangat menyukai kereta,
entah mengapa stasiun dan kereta adalah tempat favoritnya ketika melepas penat.
Hanya disanalah gadis itu menunjukkan mimic alaminya sebelum ia menunjukkan
wajah topengnya terhadap orang-orang yang mengenalinya. Pipi gadis itu kini
telah basah oleh linangan air mata. Entah apa yang sebenarnya dirinya rasakan,
karena gadis itu terlalu menutupi perasaannya sampai-sampai dirinya sendiri
tidak tahu apa yang ia rasakan.
Dirinya terlalu lemah untuk percaya akan yang namanya mimpi.
Karena ia merasa bahwa bermimpi hanya membuat impiannya tidak tercapai. Seperti
saat ini, impiannya untuk bertemu sahabat yang sudah ditunggu sejak 8 tahun
yang lalu tidak kunjung datang. Padahal delapan tahun yang lalu mereka berjanji
akan bertemu kembali tahun berikutnya ditanggal dan tempat yang sama. Kini,
gadis itu telah pupus asanya untuk menaruh harapan pada sahabatnya itu.