it's just you and me

it's just you and me

Kamis, 01 Mei 2014

dalam dekapan yang akan menjadi sebuah rindu



Aku nggak nyangka ini bisa terjadi. Walaupun aku bakal ngerasa ini pasti terjadi. Aku udah lama mencoba kuat buat ngadepin ini. Tapi, ternyata hal itu nggak semudah yang aku bayangkan. Awalnya aku tau, mendekatimu, menyukaimu, bahkan menyayangimu itu adalah kesalahan besar. Mungkin jika aku protes pada tuhan, aku ingin bertanya mengapa tuhan memberikan rasa itu kepadaku. Aku tau aku salah ketika aku menyutujui dan membiarkan rasa itu mengalir dalam perasaan kita masing-masing. Semakin lama, semakin jauh dan aku seakan lupa bahwa suatu saat kamu akan pergi. Tanpa aku sadari, semua berubah ketika aku bersamamu. Perlahan, aku sadr aku mulai menjadi wnita yang kuat, tegar, namun periang. Tutur kataku dan perilaku ku perlahan menjadi halus, aku tau ini belum seberapa bagimu. Namun, jika kau ingin tahu, perlahan teman-teman mulai berkata “aku senang berteman dengan mu, kamu makin dewasa. Pikiranmu juga panjang, dan pakaian mu semakin anggun”.  Andai mereka itu tau, ingin sekali aku bilang “ya, kak oshi yang mengajariku seperti ini. Lelaki hebat bukan?”.  Ketika mereka mencibirmu dengan berkata”punya pacar kenapa nggak pernah bareng?” aku ingin sekali bilang “soalnya, katanya aku harus mandiri. Suatu saat kalo udah menikah dan dia bakal sering keluar kota aku gak boleh bergantung ama dia“. Ah ya, aku jadi ingat. Aku sering berkhayal –walau aku tau itu mungkin nggak akan terjadi- ketika kita bisa berumah tangga, aku ingin ketika kamu pulang kerja, aku menyambutmu dengan sebuah senyuman dan secankgir teh untuk sekadar melepas kepenatanmu di tempat kerjamu. Hehe manis ya?.
Ingat gak dulu, kamu bilang kepada teman2ku “iya, kita berdua putus, putuskan untuk menikah”.  Sekarang? Kata lanjutan itu mungkin akan tidak pernah terdengar lagi. Dulu kamu juga berharap bahwa aku yang pertama dan terakhir buat kamu. Yaa sampai sekarangpun aku masih tetap berharap. Karena, aku menginginkan seorang imam sepertimu kelak, yang akan membimbingku menuju surga-Nya.
Terimakasih telah menjadikan ku menjadi seekor ulat yang tengah berusaha menghindar dari bahaya-bahaya. Sekarang, pergilah kejar cita-citamu. Selesaikan tugas kuliahmu. Aku ingin melihatmu memakai toga dan mendapat gelar M. Nadzir Rasikhuddin, SE. Mungkin, aku bisa berfoto denganmu ketika kamu telah berada di GWW. Aku ingin memberimu seikat mawar putih disaana. Iya kamu tau kan aku suka mawar putih? Hehe. Selamat berpisah lelaki hebat yang kini telah meretas menjadi seorang pengembara kehidupan. Tinggalkanlah terus jejak-jejak kepemimpinanmu, keislamanmu, bahkan jejak berbisnismu. Kak nadzir, itu cowok yang tangguh, ajaib, bahkan nyebelin. Itulah yang aku bakal rindukan dari kamu. Semoga kamu bisa terus memberikan cerita-cerita inspiratif, berdakwah lah sesuai dengan caramu. J

With love,
Navia Belladina